Bahagiaku ketika
ditemui oleh rindu.
Ia datang dengan berbagai macam tawaran untukku, dan tentu
saja masih tentangmu.
Piluku masih saja terasa sakit, namun sudah tidak berdarah
hebat lagi. Piluku dengan ketakutan-ketakutan yang mendera, rasa penasaran yang
selama ini terus aku tanyakan untukmu, namun aku bertanya dengan membisu.
Dulu aku selalu membenci rindu, karena rasanya aku
lumpuh-tak bisa melakukan apapun- selain memanjakan perasaanku.
Tapi kali ini sungguh, rindu terasa lebih berbeda. Ia datang
dengan sejuta semangat yang terus mendera setiap sendi organ tubuhku, setiap
jengkal fikiran-fikiranku yang terus membenarkan dirimu tanpa menggubris rasa
sakit yang selama ini aku sampaikan kepadamu dengan cara membisu.
Membenarkan bahwa kita masih satu, masih saling mencintai
meski kau harus mengkamuflasekan aku dengan cara yang tak bisa
diterima-sesungguhnya- , membenarkan bahwa cinta itu masih ada. Perkataanmu
kemarin hanya omong kosong agar kau memang dinilai sebagai lelaki yang
berkomitmen. Membenarkan bahwa kelak kamu akan benar benar memperjuangkanku
dengan cara yang tak kebanyakan orang lain lakukan.
Meski nanti bukan seperti itu kenyataannya, atapun saat ini
aku mungkin terlalu berhalusinasi tentangmu. Setidaknya aku pernah membenarkan
bahwa aku ataupun kamu pernah memiliki perasaan yang sama.
Ini hanya rasa senangku saja, rasa syukurku kepada Allah
Karena Dia selalu memberiku kebahagiaan yang tak terbatas.
Aku cinta
Namun membisu.
0 komentar:
Posting Komentar