Kamis, 29 Oktober 2015

Menyampaikan Kebisuan




Bahagiaku ketika  ditemui oleh rindu.
Ia datang dengan berbagai macam tawaran untukku, dan tentu saja masih tentangmu.
Piluku masih saja terasa sakit, namun sudah tidak berdarah hebat lagi. Piluku dengan ketakutan-ketakutan yang mendera, rasa penasaran yang selama ini terus aku tanyakan untukmu, namun aku bertanya dengan membisu.
Dulu aku selalu membenci rindu, karena rasanya aku lumpuh-tak bisa melakukan apapun- selain memanjakan perasaanku.
Tapi kali ini sungguh, rindu terasa lebih berbeda. Ia datang dengan sejuta semangat yang terus mendera setiap sendi organ tubuhku, setiap jengkal fikiran-fikiranku yang terus membenarkan dirimu tanpa menggubris rasa sakit yang selama ini aku sampaikan kepadamu dengan cara membisu.
Membenarkan bahwa kita masih satu, masih saling mencintai meski kau harus mengkamuflasekan aku dengan cara yang tak bisa diterima-sesungguhnya- , membenarkan bahwa cinta itu masih ada. Perkataanmu kemarin hanya omong kosong agar kau memang dinilai sebagai lelaki yang berkomitmen. Membenarkan bahwa kelak kamu akan benar benar memperjuangkanku dengan cara yang tak kebanyakan orang lain lakukan.
Meski nanti bukan seperti itu kenyataannya, atapun saat ini aku mungkin terlalu berhalusinasi tentangmu. Setidaknya aku pernah membenarkan bahwa aku ataupun kamu pernah memiliki perasaan yang sama.
Ini hanya rasa senangku saja, rasa syukurku kepada Allah Karena Dia selalu memberiku kebahagiaan yang tak terbatas.
Aku cinta
Namun membisu.


Share:

0 komentar:

Posting Komentar