Perempuan bertubuh kurus itu terlihat murung, dengan tatapan matanya yang kosong ia seperti sedang berbicara dengan hatinya. Sudah beberapa hari ini ada yang mengusik fikirannya. Tidurnya menjadi tidak nyenyak bahkan makan pun tidak berselera.
Ia hanya banyak berfikir untuk suatu hal yang semestinya tidak perlu ia fikirkan.
Ya- ia merasa sudah tertawan. Meski di ujung sana ia tidak tahu yang membuatnya tertawan itu benar-benar menawannya atau tidak. Tapi ia merasa tertawan! Parah!
Ah tidak parah- seharusnya.
Kalau ia dapat berfikir jernih menolak asumsi hatinya dengan kelogisan akalnya.
Namun seiring berfikir ia selalu bertanya yang kemudian selalu di tangkis dengan satu baris lirik lagu "adakah jawabnya?"
Ia tak banyak bicara. Meski banyak tamparan hebat untuknya ia berusaha tak bergeming. Meski pada akhirnya ia memberontak di balik layarnya.
Ia tak pernah ingin menunjukkan siapa dirinya itu. Meski memang nyatanya yang membuatnya (merasa) tertawan tak pernah tahu akan ia sebenarnya.
"Dasar pemalas! Nulis malas, baca malas. Mau jadi apa kamu nantinya?"
Ia tak benar- benar mengenali orang yang dengan ikhlasnya berkata seperti itu. Sungguh, meski harus di bayar berapapun untuk mengenalinya ia lebih memilih selalu mendengarkan keganasan celotehannya yang sangat ikhlas itu.
Ia tergugu menangis. Namun dengan tatapan yang kosong. Oh atau mungkin jiwanya yang sedang menangis. Menangisi hal yang belum ia sadari hingga kini. Bagaimana ia dapat mengenal Tuhannya kalau dirinya saja belum ia kenali?
"Mbak.." suara itu mengaburkan lamunannya. Dengan sedikit sinis ia menoleh ke arah suara itu. Ia tak bergeming sedikit pun, hanya menaikkan alis nya saja yang melengkung indah.
"Ini ada titipan dari mas mas"
Perlahan ia menerima secarik kertas itu.
Aneh! Ia merasa aneh, tak ada yang ia kenali di sini. Di tempat sunyi ini. Seharusnya.
Ia buka. Dan
"Dasar pemalas! Nulis malas, baca malas. Mau jadi apa kamu nantinya?"
Ah! Si Penampar lagi!
Perempuan itu sedikit gusar. Ia bergegas pergi dari lamunannya dan kembali ke alam sadarnya. Ia berlari sekuat tenaga, seperti ada yang di kejar.
Dalam hatinya ia berkata
"Pekatku enyah oleh tamparanmu!"
0 komentar:
Posting Komentar