Rabu, 11 Mei 2016

Syahdu



Namaku Syahdu.
Kata ayahku ,konon dahulu ia ingin memiliki ketenangan dan kenikmatan, juga kekhidmatan. Selama hidupnya ia selalu merasa bising dengan keadaan sekitar yang tak pernah selaras dengan kehidupannya, maka ketika ia memiliki seorang anak, yaitu aku. Ia menamakannya syahdu.
Ibuku seorang wanita yang sangat lembut dan sangat taat. Maka ketika ayah menikahi ibu ia sudah mendapatkan setengah ketenangan dari kehidupannya, dan menjadi genap ketika aku lahir.
Tapi meski begitu, hidupku tak se-syahdu namaku.
Aku memiliki kepribadian yang sangat jauh dengan arti namaku, aku yang tak bisa diam dan sangat menyukai tantangan tidak menyukai hidup yang statis yang hanya taat pada hal-hal yang lurus-lurus saja.  meski begitu kata ayah ia tetap merasakan ketenangan ketika melihatku.
Tapi ada sisi lain yang sudah lama aku rasakan dari jiwaku, jiwaku sangat menyukai sepi, selalu bercakap-cakap ketika selesai dari petualangan2 yang aku lalui. Terkadang aku di ajak untuk perang dan beradu argumen. Aku pun tidak mengerti kenapa begitu riuhnya jiwaku ini.


Share:

0 komentar:

Posting Komentar