Selasa, 16 Mei 2017

Gerah

Akhir-akhir ini, Jakarta begitu gerah bagiku.
Terlebih tempat tinggalku kini.
Aku seperti dalam sauna.
Jakarta gerah.

Namun, bukan gerah di sana saja.
Di sini juga.
Di mana aku, sudah menanggalkan beberapa atribut mengingatmu.

Meski menyesakkan,
Aku harus melakukannya.
Menerjang rindu yang terus menghantam.

Dan aku tak ingin mengalah, aku membiarkan rindu yang mengalah.
Dan aku, menuju mati rasa. 

Share:

Senin, 08 Mei 2017

Mengarang Bebas

Hari ini aku akan belajar mengarang apapun. Tanpa memedulikan apakah ini benar atau salah, apakah ada norma yang harus dilarang atau tidak. Aku tahu ketika kita telah mencintai seseorang, sebenarnya yang kita cintai adalah diri kita sendiri. Ketika salah satu tidak mencintai, yah bisa dikatakan “separuh jiwaku pergi” (sendirian pulaaak! Haha) Aku ingin mengatakan bahwa aku termasuk perempuan yang memiliki tingkat kesensitifan yang tinggi, begitu mudah merasa, begitu tinggi tingkat ke-geeran yang menyebabkan gagal paham rasa. Aku ingin meluapkan apapun yang aku rasakan dua tahun terakhir ini, hidup bersama bayang-bayang, kadang tersenyum, kadang meringis, kadang aku mendapatkan beitu macam ide. Entah sejak dua tahun belakangan, aku begitu melankolis terhadap kata-kata, bagiku kata-kata sebagai keniscayaan, aku telalu terpana akan keindahannya. Dulu aku mengelak kagum terhadap si perangkai kata-kata, namun kini aku sadar sesuatu lahir dengan indah karena kehebatan orang yang melahirkannya, ia menjadikan kata-kata itu menjadi hidup, menjadi indah , menjadi ingin selalu dibaca berulang kali, dan aku sambil membayangkan perasaan penulis kata-kata tersebut. Aku menghela nafas dalam, rasanya ingin menangis. Bukan hanya karena hatiku yang rapuh karena kata-kata, namun kegundahan hatiku selama ini yang tak bisa aku luapkan dengan baik, selalu aku tahan, namun rasanya aku butuh meluapkan melalui kata-kata juga. Aku masih memandangi layar laptop, tak peduli aku harus seperti apa, yang jelas kepalaku begitu pening, namun ingin meluapkan apa yang ada di pikiranku. Aku tahu, seharusnya aku mampu menata perasaanku lebih baik lagi, aku yang begitu mudahnya memberi nasihat kepada teman-teman terkait masalah perasaan, namun begitu linglung (surabi kaleee) menghadapi perasaan sendiri, Ya, sepertinya aku sudah terjebak oleh ilusiku sendiri. Menganggap ada yang tidak ada, Menganggap benar apa yang tidak benar, Its hard to believe. Setelah hari-hari itu berlalu, aku baru saja dihadapkan dengan isu yang tidak mengenakan, dan kini aku harus menghadapi isu yang aku suguhkan untuk hatiku sendiri. Ah, aku masih saja bercerita yang rasanya kurang bermanfaat, namun kalau tidak begini rasanya hatiku takkan membaik. Ciputat, 2017.
Share: