Senin, 31 Agustus 2015

untuk keskian kalinya, kembali ke kamu!

Ke jurnalistikan! Ya!
Aku kembali,  kembali membangkitkan semangatku , bahkan mungkin cita-citaku ketika masaku memakai baju putih biru.

Entah memang sudah seharusnya aku terus berada di jalan ini, mencari cari kebenaran akan sebuah informasi, serta dekat dengan para petinggi kampus, dan juga belajar lebih kritis dalam menghadapi suatu persoalan.

Meski terkadang, ini bukan zona ku yang dulu, ada sedikit rasa terhambat untuk saat ini. Atau itu hanya sebuah ilusi yang ingin mempersempit naluri.

Namun, rasa rasanya aku akan terus berada di jalan ini meski dengan cara yang berbeda, dengan caraku yang tak banyak orang pahami.

Semoga apapun itu bentuknya, aku-kita dapat berguna bagi sesama.

Share:

-rangkaian kata-



Kau pernah bilang cinta
Akulah satu-satunya
Kau bilang ku sempurna
Kau cinta aku selamanya
Dan kau tuliskan lagu
Semua tentang diriku
Kau katakan padaku
Jangan ragukan cintamu
Semua hanya rangkaian kata
Yang kau sebar ke semua wanita
Ooh bodohnya aku sempat percaya
Kamu..
Sempat buatku berpikir semua
Yang kita punya nyata
Kamu..
Dan semua kata-katamu semua 
Palsu


Kau pernah bilang aku
Istimewa di hidupmu
Tak kan ada yang mampu
Gantikan cintaku padamu
Kau tatap mataku
Kau bilang hatimu untukku
Kau berjanji padaku
Takkan pernah pergi dariku
Semua hanya rangkaian kata
Yang kau sebar ke semua wanita
Ooh bodohnya aku sempat percaya
Kamu..(kamu..)
Sempat buatku berpikir semua
Yang kita punya nyata
Kamu.. (kamu..)
Dan semua kata-katamu semua
Palsu





Jleb!
Seketika itu yang saya rasakan saat ini,
Sebelumnya pernah denger lagu ini, tapi dulu saya acuhkan karena liriknya kurang ngena.tapi kemarin setelah iseng-iseng denger lagu ini di handphone punya temen rasanya kok nge-pas banget ya?, semua kalimatnya itu saya bangeeet rasanya.#curhaat!

Mungkin, setelah merasakan kehilangan kemarin, saya baru sadar, saya tak bisa terus menjadi orang lain, yang masih kebingungan bergulat dengan jati diri yang masih bingung untuk ditemukan. Meski sampai saat ini, hanya masih bisa dirasa. 

Tapi, benar juga apa yang tertera di lirik lagu -Rangkaian Kata- ini, perempuan yang makhluk perasa memang kadang menjadi makhluk yang bodoh bila telah dihadapkan dengan ‘cinta’. Disini saya sudah mulai berpikir bahwa peran akal pun sangat amat dibutuhkan ketika kalimat-kalimat yang seakan akan selama-lamanya ini keluar dari mulut seorang lelaki yang belum mengikat sesuai dengan syari’at. 

Perempuan terkadang menjadi makhluk yang sulit untuk melepaskan ke-geer-annya, padahal bisa jadi, makhluk yang berjenis laki-laki itu tidak ada maksud sama sekali tapi dianggap lain oleh perempuan.

Yaah, begitulah kejadian-demi kejadian yang pernah saya alami dan juga saya lihat. Kalau begini harus bagaimana dong?

Simpelnya. Jangan berharap. 
jangan langsung percaya.

Dan lebih baik menjaga diri dengan baik, tetap ramah-tapi tidak pakai geer! 


Share:

Minggu, 16 Agustus 2015

Mencintai Kehilangan


Mencintai kehilangan





“semoga ini yang terakhir.”

Aku mengaminkan , semoga.

Semoga tak ada lagi sisa sisa harapan yang telah lama mengendap, yang kini seakan berterbangan entah kemana. Hampa.

Meski begitu ,kini aku mencintai kehilangan, meskipun rindu terkadang menghujam setiap organ tubuhku, tapi aku lebih menikmati hal itu.

Dengan mencintai kehilangan, aku dapat mengikhlaskan sesuatu yang memang tak ada hak nya untukku, merelakan sosok yang ‘seakan’ dia adalah belahan jiwa yang akan sehidup semati.

Tak ada penyesalan dalam diri ,karena aku tahu mencintai tak melulu harus di pertontonkan, tak harus di publikasikan, cukup dengan keheningan, toh ketika kita merasakan perihnya kehilangan , suasana sunyi lebih menenangkan, bukan?



Dengan seperti ini, aku dapat mencintai diriku lebih dalam, mengenali Tuhanku yang sangat Maha Pengasih terhadapku yang masih memberiku kesempatan untuk dapat berdekatan lebih intens dengan-Nya.

Pilu, hampa, ini hanya sementara. Karena sejatinya, kehilangan yang sangat menyakitkan adalah ketika kau menganggap semua hal di dunia ini tidak lagi menyayangimu. Ketika kau tidak lagi dapat merasakan kenikmatan mencintai dirimu sendiri , dan juga Tuhanmu. Ketika inspirasimu hilang, itu sangat menyakitkan. Ketika semangatmu hilangpun sangat menyakitkan.

Tapi kini, aku mencintai kehilangan yang membuatku kembali mencintai diriku lebih dalam, yang mengajarkan bahwa berharap kepada manusia, bukanlah sebaik-baiknya berharap! J




Share: