PERHATIAN!
Tulisan ini mengandung "keegoisan" ^_^
setelah melewati berbagai macam perjuangan yang tidak dilakoni dan dimaknai secara serius, kini saya merasa harus menutup lembaran perjuangan yang tidak sungguh-sungguh itu. menutup lembaran dengan membuka lembaran yang sangat baru- saya menemukan banyak hal.
saya merasa pencapaian saya tidak diiringi dengan usaha yang maksimal. saya sadar, kalau bukan karena pertolongan Tuhan dan do'a orang tua saya-saya merasaa belum bisa sampai saat ini.
kehidupan sebenarnya sudah dimulai, penyesalan, keinginan, kebingungan, kurangnya tujuan yang benar menjadi bekal untuk memperbaiki hidup yang baru.
setelah sekian lama melakoni diri ingin menjadi a-b-c-d, belajar dari satu tempat ke tempat lain tanpa menuntaskannya-alias setengah-setengah. passion yang disukai pun tidak sungguh-sungguh membuat saya membuka mata, "Kamu ini mau ke mana? mau apa?" ingin menjadi manusia yang bermanfaat saja tidak cukup, perlu bukti yang kongkrit untuk mewujudkannya.
hmm...baiklah...
menyesali diri saja tidak cukup, menulis "keegoisan" ini saja tidak cukup, harus terus bergerak dan menyerahkan urusan pada Tuhan-meskipun kerisauan akan hari esok selalu mengiringi perjalanan.
hidup memang lebih berarti bila kita mampu memanfaatkan potensi yang ada dalam diri.
lalu sampai kapan terus begini?
Rabu, 10 Oktober 2018
Sabtu, 09 Juni 2018
Temu
Hari ini, entah mengapa rasanya aku ingin sekali bertemu denganmu.
Sambil berjalan menyusuri koridor kampus, aku memperhatikan sekeliling,
berharap kau muncul dan aku dapat meluapkan rindu yang tak seharusnya ini.
Entah mengapa, aku ingin bertemu denganmu seperti akan meninggalkanmu selama-lamanya,
seperti sudah tak ada lagi ruang untuk kita saling bersua.
Pikirku saat itu adalah, ketika kita sudah tak saling bertemu,
setidaknya aku dapat melihat bagaimana keadaanmu saat ini, bukan sekedar kata ‘baik’ dibalik percakapan tak tatap muka itu.
Aku tidak tahu, apa yang menyebabkan begitu kuat keinginanku untuk bertemu.
Aku tahu, keinginan untuk bertemu adalah sebuah kesalahan yang seharusnya tak pernah terjadi.
Semakin aku redam keinginanku, semakin ingin aku bertemu.
Berceloteh apa saja, berbagi kisah. Tapi rasanya itu tak akan menyelesaikan apa yang sedang aku rasakan.
Aku hanya menginginkan temu, tidak lebih.
*iseng-iseng tulisan lama :)
Sabtu, 24 Februari 2018
Desember- Januariku
Pergantian tahun selalu menjadi hal yang ditunggu bagi sebagian orang. Bermacam evaluasi hingga resolusi sudah disusun sedemikian rupa. Cara merayakannyapun beragam dari hening hingga hingar bingar.
Termasuk aku, 3 tahun terakhir ini aku belum sepenuhnya menyadari -menanti pergantian tahun 2 tahun terakhir- karena ditahun pertama aku tak menanti apa yang akan terjadi.
2 tahun terakhir aku menanti, hanya memberikan kesempatan untuk setiap kejadian yang akan menghampiri. Meski aku tahu akhirnya akan seperti apa, dan pasti hanya sementara saja.
Aku membiarkan semuanya mengalir, meski tetap pada ketetapan dan pendirianku. Mungkin ini yang menjadikan semuanya sementara.
Atau mungkin, aku yang terlalu mendramatisir setiap keadaan, menerka, kebahagiaan yang cepat dan terlalu menikmati.
Aku tak pernah benar-benar mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya mengiringi perjalanan hidupku. Pelajaran membekas setelah itu,yang seharusnya menjadi pertimbanganku kini dan nanti.
Terlalu positif merespons apapun yang terjadi membuatku terlalu naif dan lugu.
Atau terlalu negatif, seperti tak memberi ruang berekspresi.
Pada akhirnya, apapun yang terjadi aku (berusaha) paham pola, aturan, alur bahkan permainan yang akan terjadi.
Percayalah, aku bukan seperti yang kalian bayangkan atau lihat. Aku jauh dari seperti yang kalian duga.
Desember-Januariku semoga kalian tabah, setabah Bulan Juni.
Minggu, 18 Februari 2018
(Usaha) Meleburkan Ego
Banyak pelajaran berserakan yang baru saya sadari saat ini, di usia 'hampir seperempat abad' ini yang saya baru menyadarinya.
Hari ini banyak sekali belajar, belajar dari anak kecil hingga orang tua.
Saya belajar mengajar, berbagi ilmu yang sedikit saya miliki pada seseorang yang ingin sekali fokus beribadah di usia senjanya. Setelah asam garam kehidupan telah dilaluinya, masa kejayaan, masa muda ,beliau menceritakannya dengan semangat, tapi ketika beliau mengatakan kini saatnya untuk beribadah, untuk akhirat saya,nada bicaranya rendah, menghela nafas.
Ilmu kehidupan dan semangatnya beribadah membuat saya tertarik mendengarkannya.
Saya memang mudah dekat dengan orang lain tapi hanya sekadarnya saja, itu mungkin yang membuat beliau berbagi pengalamannya.
Di hari yang sama, saya mengajar anak kecil yang berusia 3 tahun, suatu tantangan sendiri bagi saya yang tidak terlalu telaten ngemong anak kecil.
Anak ini pintar, selalu ingin tahu. Dan saya sebagai seorang pengajar harus banyak menggunakan pendekatan metode karena di sisi lain tidak bisa diabaikan dan dipaksakan masa golden age anak tersebut.
Pengalaman di atas memang sudah menjadi ketertarikan saya sedari dulu untuk memahami dan memelajari kehidupan. Psikologi dan komunikasi adalah dua ilmu yang saya sukai sejak MTs, hanya menyukai tapi belum memberikan kesadaran secara utuh terhadap apa yang saya sukai itu.
Beranjak dewasa, kehidupan, kebingungan terhadap diri sendiri, keluarga dan lingkungan menjadikan saya semakin tertarik ingin memelajari dan memperhatikan lebih lanjut. Memanfaatkan emosi saya yang berlebih ini untuk memahami hal-hal yang saya cari selama ini.
Melalui buku, saya coba belajar tapi rasanya kurang puas akhirnya saya mendapatkan info mengenai Keluarga kita dan Rangkul yang foundernya adalah Ibu Najeela Shihab.
Wah langsung saya mengikutinya dan pas sekali temanya adalah kegelisahan saya selama ini hmm hehehe.
Bagaimana belajar mengungkapkan perasaan, menerima sikap orang lain, mengambil keputusan, memahami diri sendiri dan orang lain, memaafkan masa lalu, memang terlihat biasa saja, tapi bagi orang yang 'sakit' seperti saya seperti mendapatkan kepastian, eh penyembuhan...😂
Apa yang saya dapatkan, saya cari selama ini bahwa mengajar bukan sekadar transfer ilmu, tapi bagaimana bisa ada saling kemanfaatan antar guru dan murid, sopan dan santun, mendengarkan secara aktif, memahami kemauan anak, mencari cara dengan Cinta yang tidak menggurui, menyikapi hal dengan lapang.
Tapi peer saya masih banyak, mengendalikan emosi salah satunya.
Terima Kasih, kangen juga udah lama nggak nulis 'nyurhat' di blog ala ala.
😁😁😁
Langganan:
Postingan (Atom)